Butuh waktu satu minggu bagi saya untuk bertapa mencari ide untuk tulisan ini...
Well, let's move to the next day..
Day 2 : Istanbul (Blue Mosque - Aya Sofya - Topkapi Sarayi - Grand Bazaar - Pasar Eminonu)
Hari ini kami memutuskan buat jalan-jalan di sekitaran Sultanahmet. (Oh iya, untuk transportasi di Istanbul itu terkoneksi, mirip-mirip lah sama Transport for London yang memakai oyster card, kalau di istanbul namanya Istanbulkart. Jadi semua transportasi di Istanbul bayarnya pakai kartu itu yang bisa di topup di stasiun). Area Sultanahmet ini fardhu 'ain buat di kunjungi di Istanbul karena ada Blue Mosque, Aya Sofya, Basilica Cistern (saya juga kurang tau ini apa, sejenis ruang bawah tanah gitu, tapi kami memutuskan enggak masuk karena males basah-basahan). Untuk menuju ke area Sultanahmet, kalian bisa naik tram yang saya lupa harganya berapa hehe.
Blue Mosque tidak butuh entrance fee, kita bisa masuk dengan sesuka hati berkali-kali sampai bosen juga boleh. Sebelum masuk ke Blue Mosque, kami mendadak kelaperan (padahal paginya sudah makan Indo*ie), akhirnya kami beli Simit - makanan mirip bagel dengan taburan wijen yang dijual setiap 50 meter di Istanbul ini - dengan harga 1 Lira (kalo enggak salah). Nah simit yang kami beli ini terbilang simit modern karena tengahnya diisi nut*lla (selai hazelnut kekinian). Menurut penuturan bule Turki asal Indonesia - sebut saja Sasa - simit harusnya enggak ada isinya. Karena kami orangnya hemat, jadi berakhirlah riwayat satu simit ini di tangan kami bertiga.
|
Interior dari Blue Mosque |
|
Simit yang dijual di pelataran Blue Mosque |
Di dalam Blue Mosque ini terdapat kaligrafi yang menghiasi ceiling masjid, SUPER DUPER AMAZING, cantiknya Subhanallah.. Nah, pas kami bertiga (saya, Sasa, dan Ida) sedang muter-muter disambi motret interior yang bagus banget ini, tiba-tiba ada anak kecil-kecil, mungkin enam sampai delapan orang, menghampiri si Sasa terus minta foto bareng sama Sasa. Well, ternyata Sasa sudah jadi artis internasional sampai-sampai banyak anak kecil yang ngajakin foto.
Setelah puas dengan Blue Mosque, kami lanjut halan-halan di masjid seberang, yaitu Aya Sofya. Eh tapi karena kami laper lagi, jadi kami memutuskan beli sesuatu untuk dicemilin, dan keputusan sudah bulat, kami pilih satu roti dengan taburan kacang, yang Sasa enggak tahu namanya, tastes not bad (actually good). Kalau kalian penasaran pengen cobain juga, bisa dibeli di abang yang jual simit kok. Sekarang bangunan ini menjadi museum setelah dulunya adalah gereja dan sempat dijadikan masjid. Untuk bisa masuk kesini kita harus bayar 30 TL (mahal juga sih), tapi enggak rugi karena di dalam sana kita bisa lihat kaligrafi Allah dan Muhammad bersampingan dengan Bunda Maria. Di dalam juga terdapat mozaik peninggalan Romawi. Museum Aya Sofya pada saat saya kunjungi sedang menjalani perbaikan, karena umurnya yang sudah sangat tua.
|
Aya Sofya |
|
(sebut saja) Roti Kacang |
Venue selanjutnya yaitu Topkapı Sarayı (baca Topkape Saraye), salah satu Palace yang ada di
Istanbul. Sebelum kesana, saya sempat melirik ada tukang es krim khas Turki (Dondurma) yang
ada di sekitaran Sultanahmet. Ada banyak pilihan rasa, tapi saya nekat untuk memilih rasa karamel.
Sudah bisa ditebak kan bagaimana rasanya? Sadly, we decided not to go to Topkapi because we had
to pay (again) for the entrance fee (20 TL if I am not mistaken). Jadi harus puas dengan foto di depan
gerbangnya aja ya. Menurut tour guide kami (Sasa), Topkapi ini adalah salah satu Palace yang
sederhana, mencerminkan Sultan yang membangun Topkapi pada saat itu.
|
Dondurma rasa karamel |
|
Topkapi Sarayi |
Karena masih siang, kami memutuskan untuk melanjutkan perjalanan ke Grand Bazaar. Tempat ini
biasanya dikunjungi para turis yang ingin membeli oleh-oleh khas Turki seperti karpet, pashmina,
lokum (turkish delight), safron (sejenis rempah), atau mungkin sebatas gantungan kunci. Tiba waktu
makan siang, kami mampir ke salah satu warung makan di sekitaran Grand Bazaar setelah beberapa
kali ditawari oleh pedagangnya yang dengan nekat bicara pakai bahasa Indonesia seperti "mari makan,
murah murah". Well, I was not so surprised, karena memang banyak banget orang Indonesia atau
Malaysia yang berlibur di Turki ini, jadi bagi para pedagang, bisa bahasa Indonesia atau Melayu adalah
WAJIB hukumnya. Ha ha ha, enggak juga sih.... Kami makan doner (yang kalian biasa bilang sebagai
kebab) tapi tidak dimakan dengan tortilla wraps melainkan dengan ekmek (roti keras khas turki) dan
minum Ayran (tastes like yogurt, actually it is yogurt, but tastes a bit different, more like susu basi they
said). In Turkey, most people will drink Ayran while eating anything, it is like a mandatory beverage.
I almost forget to say that, the Ekmek was incredibly BIG, I mean really BIG. I ate that all though :(
|
Doner dan Ayran |
Setelah puter puter di grand bazaar dan hanya beli kerudung, kami akhirnya naik tram menuju eminonu, untuk membeli Lokum (Turkish Delight) karena disini harganya lebih murah. Di perjalanan, karena misi kami adalah mencoba seluruh makanan yang ada di Turki, si Ida membeli Lokma, sejenis churros tapi diberi topping sirup gula, manis.
Karena sudah tidak sanggup lagi, akhirnya kami pulang naik tramvay (bacanya tramway) menuju stasiun Kabatas kemudian naik Funikuler (sejenis kereta tanpa lokomotif, relnya ditarik oleh sesuatu yang super duper gede, yang membuat kereta tersebut bisa berjalan). Moda transportasi ini hanya menghubungkan Kabatas - Taksim, karena jalannya yang naiknya keterlaluan.