Wednesday 17 August 2016

Dirgahayu Indonesia (UK edition)

17 Agustus tahun '45, itulah hari kemerdekaan kita..

sekilas info, finally I've finished my dissertation!! yeeeeayy!! (loh nggak nyambung -_-)
Okay, here is the real news..

Yep, it's August the 17th now and I am (still) in Newcastle!!

Although I am not in Indonesia right now but I am still celebrating the independence day here with the other Indonesian mates. However, the way we celebrate this special day is slightly different from what we usually do in Indonesia, unfortunately, we don't have the so-called upacara dan pengibaran bendera merah putih :( Unlike Upi (my friend studying at Kobe University Japan), that became the "pembawa baki bendera", I just simply became the coordinator for "seksi konsumsi" that have to ensure that all the participant leaves the event with fully-loaded tummies -__-

The good news is, PPI Newcastle & Al-imanu community threw a fun yet meaningful event named "OUR INDEPENDENCE".

They provided soo many many good foods, such as nasi kuning, perkedel, kering tempe, rolade ayam, bihun goreng, telur balado and othersss (triple S cause I can't even remember what I have eaten). The food was cooked by Ibu-ibu dan Mbak-mbak and that was soooo delicious (I mean it). 
Unfortunately, I don't have the prove to show you (I will upload them when the pictures are ready).

We also had some mainstream games that we've already known for kids and adults as well. 

( That royal mail sack tho :( )

I was joining the "lomba makan kerupuk", cause I really really tempted to eat the super crunchy "krupuk uyel" lol.
(look at my happy face wkwk)

To sum up, the event was really cool, the food was great, and the weather was.. (sigh) so hot!
I will add more pictures once I get the decent photographs :))

bye now!


-- DIRGAHAYU REPUBLIK INDONESIAKU --
dari salah satu puterimu yang sedang berjuang di negeri orang

Thursday 23 June 2016

Ramadan in the UK

Alhamdulillah kita sudah memasuki hari ke 19 di bulan Ramadan tahun ini..
and this is my (first time) Ramadan stories in the UK :)


Well, we are now in the very special month of the year (for Muslim), the so-called Ramadan month, the ninth month on the Hijriah Calendar. Why is Ramadan so special among Muslims? Yes, because we do fasting for 30 days! We cannot eat or drink or get angry and so on and so forth.

Ini pertama kalinya saya menjalani puasa jauh dari rumah, I mean literally jauh, beda negara, beda waktu, beda tradisi, dlllll. Walaupun tiap tahun juga pasti jarang bisa ngerasain puasa di rumah, tapi at least tahun-tahun kemarin masih bisa puasa di Indonesia. Jadi kali ini bener-bener momen yang luar biasa bagi saya karena bisa ngerasain puasa di negara yang mayoritas penduduknya bukan beragama Islam.

Apa bedanya puasa di Indonesia dan di Inggris?
Jelas beda, jika di Indonesia bulan puasa merupakan bulan yang sakral, dimana rumah makan atau restoran terkadang dihimbau untuk tidak dibuka selama masa puasa dan jikalau ada warung yang masih buka pun (saya tidak akan membahas warung yang digrebek satpol PP itu, kok) harus menutup tirai demi menghormati umat Muslim yang sedang berpuasa.
Disini, di negara Nenek Elizabeth, tidak ada larangan atau sekedar himbauan bagi tempat makan untuk menghormati orang yang sedang berpuasa, karena kita minoritas. Jadi ketika kita keluar rumah, di pusat perbelanjaan, dengan mudah kita akan menemui orang makan, ngopi, ngeteh, ngerokok, dll.
Selain lingkungan yang berbeda, waktu kita menahan haus dan lapar dan nafsu itu juga lebih lama, tahun ini kita harus berpuasa selama kira-kira 19 jam, berbeda dengan Indonesia yang hanya 14 jam, karena kita sedang berada di musim panas yang memang waktu siang (sangat) lebih lama dibandingkan waktu malam. Bahkan ketika saya amati, ketika kira-kira pukul 1 pagi, langit disini belum benar-benar gelap, dan memang tidak akan terlalu gelap sampai nanti pukul 2.40 kita sudah harus memulai puasa.
Perbedaan yang kental juga adalah di Inggris tidak ada yang namanya pasar kaget disaat menjelang buka puasa, dimana kita bisa berjumpa dengan kolak, bercanda dengan bapak gorengan, bertatap dengan dawet, Ya Allaaaah... Cuma di Indonesia deh yang pada saat buka puasa itu berasa makanan gak ada habisnya. Kelebihan puasa disini sih kita jadi bisa mengasah skill memasak kita yang ala kadarnya, dengan tujuan agar bisa bertahan dari 19-jam-puasa-itu.


Wah, puasa 19 jam itu gimana rasanya?
Nah, pertanyaan ini juga sempat terlintas di pikiran saya sebelum bulan Ramadan datang. "Kira-kira kuat gak, Dek?", tanya Mama yang khawatir gitu takut anaknya kurus. Orang tua dan saudara bahkan teman sudah mewanti-wanti, kalau seumpama saya gak bisa puasa full, buka aja, namanya juga belum terbiasa, kata mereka. Tapi ternyata gak seberat yang kita semua bayangkan, puasa 19 jam itu masih bisa dilakukan, ya walaupun terkadang setelah ashar (sekitar pukul 6 sore) udah mulai lemes dan akhirnya memilih untuk tidur aja daripada buang tenaga.
Tapi intinya 19 jam itu masih oke, masih bisa dilakukan, masih manusiawi.


Gimana perasaannya puasa di lingkungan yang mayoritas orangnya gak puasa?
Beberapa teman (wanita) ada yang cerita di social media (sebut saja Mbak Sez** dan Fildz**), mereka merasa nggak enak hati ketika mereka yang berhijab sedang on period dan nggak puasa, tapi laper, dan mau makan jadi sungkan karena orang-orang di sekitar mereka tau bahwa di bulan Ramadan orang Islam menjalankan ibadah puasa. Ada juga yang teman sekantornya (sebut saja Mbak Sab**) bolak balik minta maaf karena dia tidak sengaja makan/minum di dekat Mbak Sab** dan dia merasa tidak menghargai orang lain yang sedang puasa. Berarti sebenarnya ada juga orang bule (atau non muslim) yang care dengan kaum muslim yang sedang menjalankan puasa. Jadi, puasa di negeri orang nggak seserem itu, kok.


Puasa di luar negeri ada susahnya nggak?
Kalau ditanya susah, relatif. Yang bikin sedih itu ketika harus buka puasa dan sahur sendirian. Kenapa buka puasa sendirian? Karena buka puasa itu jam 10 malam dan kalau memilih berbuka di luar itu sudah gak ada bus yang ke arah rumah, jadi semua itu bikin mager buka puasa di luar. Tapi asik juga sih ketika buka puasa bareng-bareng sama temen-temen yang senasib, masak rame-rame, buka puasa bareng-bareng.
Sedikit curhat, kemarin pas hari pertama puasa itu rasanya sediiiihhhh, sesedih itu, merasa kehilangan sesuatu, kehilangan momen, issh lebay, tapi emang bener sih :( Sampai pada akhirnya memutuskan untuk nginep di rumah temen biar ada yang nemenin buka puasa + sahur.


Ada pengalaman seru nggak selama puasa di UK?
Definetly, I have tons of great experiences during this Ramadan. Pertama, ketika memutuskan nginep di rumah temen biar ada temen buka puasa + sahur, yang ada malah telat bangun sahur, karena kekenyangan terus keasikan ngobrol terus ketiduran, dan berujung makan 1 pisang dan kurma aja.
Kedua, di tanggal 18 Juni 2016, saya nonton konser Coldplay di London. Mulai ngantri di gate pukul 3 sore, sampai gate dibuka pukul 5.15 dilanjut dengerin band pembuka yang saya gak ngerti itu siapa, selama 2 jam lebih dan pada akhirnya Aa Chris Martin baru muncul pukul 8.30 malam. Kalau dihitung sih sekitar 7.5 jam saya berdiri. Ketika orang disekitar saya minum bir, saya cuma bisa ngeliatin jam tangan, dan berharap waktu buka puasa cepetan dateng (ampun Ya Allah). Lalu sampai akhirnya waktu buka puasa tiba, dan saya cuma bisa makan kurma dan minum air mineral. But that was my UNFORGETTABLE MOMENT, ever. Ketiga, keesokan harinya di London, saya pergi ke British Museum tempat muminya Cleopatra disemayamkan. Lalu saya disapa oleh salah satu petugas security, beliau mengucap Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh kepada saya, kemudian berkata "happy fasting!". Subhanallah, baru disitu saya merasakan arti Ramadan di tanah para bule dan merasa kalau umat Islam saling support satu sama lain. Terakhir, ketika di bus station di London, saya menuju ke bus dan salah satu petugas bus memeriksa tiket saya sambil mengucap Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh. Karena saya sudah sangat capek, saya jawab dengan lirih. Lalu beliau melihati saya dan menegur "Be proud...", dan Beliau mengucap salam lagi dan saya jawab dengan lantang, eh si Bapak malah keheranan wkwkwk akhirnya saya menuju ke bus dan seketika langsung tidur.


Sekian, dan terima kasih....

Friday 17 June 2016

memanusiakan manusia

Postingan saya kali ini akan membahas mengenai manusia yang memiliki kebutuhan khusus atau difabel (dalam bahasa inggris disebut disable).


Bagi saya yang baru pertama kali berkunjung ke negara maju seperti Inggris, pada awalnya sempat mengalami culture shock yang diakibatkan oleh betapa orang berkebutuhan khusus di negara ini sangatlah difasilitasi. Bagaimana tidak, hampir di seluruh pusat perbelanjaan, pusat kota, gedung perkuliahan, kantor, dan bangunan lainnya selalu memiliki accessible route. Bahkan toiletpun juga disediakan khusus bagi mereka.

Masyarakat disini (sejauh yang saya tau) tidak membeda-bedakan antara yang berkebutuhan khusus ataupun tidak, di mata mereka semuanya itu sejajar, setara. Mereka sangatlah menghargai orang lain yang memiliki kebutuhan khusus, tanpa harus membuat mereka terintimidasi. Contohnya saja, disini banyak sekali orang berkursi roda yang naik bus. Saya belum pernah sekalipun menemuinya di Indonesia. Disini hal itu menjadi mungkin karena bus memiliki fasilitas seperti bidang miring yang bisa digunakan sebagai lintasan kursi roda. Tidak hanya saat akan naik ke bus saja, namun di dalam bus juga disediakan space khusus untuk kursi roda.

Image result for accessible access bus uk





Selain itu, lift di Inggris selalu "berbicara", contohnya ketika pintunya tertutup, lift akan mengeluarkan suara "door is closed" lalu diikuti oleh suara "going up" atau "going down". Hal semacam ini akan memudahkan mereka yang tuna netra.

Ketika saya berkunjung ke pusat kota pun, banyak sekali nenek atau kakek yang menggunakan kursi roda dan mereka pun shopping dengan santai. Disediakan pula alat transportasi di dalam mol (semacam sepeda elektrik) bagi nenek kakek yang sudah terlalu capek untuk jalan kaki. Selain saya mengapresiasi fasilitas yang disediakan bagi kaum difabel, saya juga mengapresiasi tingkat kemandirian mereka yang tidak mau menggantungkan diri ke orang lain untuk dapat melakukan aktivitas sehari-hari.

Tapi kembali lagi, rasa kemandirian itu akan muncul ketika fasilitas yang disediakan juga mencukupi.
Mari berharap agar Indonesia bisa menjadi seperti ini ke depannya :)

Sunday 8 May 2016

Pack your things (for UK-student candidates)

Hi mate, y'alreet? Been a while not seeing you.. It's 2 weeks before my first exam for my second semester in Newcastle University, but suddenly I want to write a new post for you 😁 
This post is written for you, the student candidate at the UK univerity because I am a UK student, obviously, and I suppose this is is the right time for me to write this as people will start to prepare all the things they want to bring to their new home around this month. I will not tell you about the visa application and so on in this post because it seems that the procedure has been changed now, and I haven't updated about that information just yet. Let's start then 
(PS:  I will write in green colour for my own experience)

First thing first, pastikan kalian naik maskapai apa karena itu akan menentukan berapa banyak barang bawaan yang bisa kalian bawa, well walaupun kalian bisa pakai extra baggage but I don't think you want to pay more for this stuff. Beberapa maskapai seperti Emirates, Etihad, dan Qatar bagasi yang diperbolehkan untuk checked in baggage yaitu sebanyak 30kg (dengan ketentuan yang bisa kalian cek di websitenya mereka) dan 1 ekstra cabin baggage (dengan ukuran yang sudah ditentukan juga). Buat yang mau naik Garuda Indonesia, mereka kasih 40kg untuk student (double check it), tapi kalau kalian transit di Amsterdam dan harus ganti KLM nih yang harus hati-hati karena kadang kurang sinkron gitu, jadi harus dipastikan lagi ya. Make sure kalian nimbang bawaan kalian dulu daripada menyesal dikemudian hari hehehe..
Oh iya, dulu saya berangkatnya bareng-bareng sama (sekitar) 7 orang lainnya dan akhirnya kami group check-in, keuntungannya adalah jumlah kiloan bagasinya bisa digabungin, jadi ketika temen kalian bagasinya kurang dari 30kg, berarti ada yang boleh bawa lebih dari 30kg, atau kalau bagasi kalian lebih cuma sekilo gitu pasang muka melas aja ke penjaga counter check-in (it's not so recommended tho) hehe

Next, I will give a brief detail about what you have to bring, siap-siap buat catet yaa..

  1. Dokumen : hal terpenting yang jangan sampai kelupaan adalah Passport dan Visa, CAS dan LOA. Dokumen lainnya yang mungkin perlu dibawa seperti tenancy agreement, bukti bayar apapun, ijazah sebelumnya (sebenernya ini gak perlu dibawa sih, tapi karena kemarin takut butuh jadi saya bawa), KTP juga gak diperlukan disini karena udah ada passport.
  2. Clothing : buat kalian yang dateng kesini bulan September, di UK udah mulai dingin di bulan itu (apalagi kalau kalian datang bulan Januari itu udah super dingin) jadi jangan lupa bawa longjohn (thermal underwear), bawa baju dingin atau knitwear yang agak tebel (2 atau 3 aja, nanti juga bisa beli disini hehe), baju tidur, kaos santai, baju yang tipis-tipis (bakalan dipakai pas summer sih tapi) bawa 1 celana bahan (untuk acara formal), bawa jeans (secukupnya aja), rok (kalau perlu buat ciwi-ciwi), hijab (buat yang berhijab dan bawa yang banyak ya soalnya di UK gak ada toko hijab, paling banter beli scarf trus dibuat hijab hehe dan bahannya monoton), underwear alias baju daleman (bawa yang banyak), kaos kaki tebel dan tipis, mitt atau glove (ini perlu banget tapi saya gak pernah pakai soalnya risih hehe), topi kupluk dan earmuff (bagi yang butuh aja), dan yang paling penting adalah JAKET atau COAT (bawa at least 2 gitu buat ganti-ganti, dan kalau mau yang anget tuh biasanya yang dalemnya bulu angsa).
  3. Sepatu : bawa at least 2 sepatu sih kalau menurut saya, kalau mau lebih juga gak masalah, tapi inget batasan bagasi ya. Oh iya kalau kalian punya sepatu boots sih wajib dibawa gitu karena disini kalau lagi winter dingin banget dan juga di UK sering hujan jadi pakai boots bakalan super bantu.
  4. Alat tulis : ini hal yang wajib dipersiapin karena kan kita pelajar hehe. Canda sih, soalnya di UK harga stationary bisa dibilang relatif lebih mahal kalau dibandingin sama di Indonesia. Contohnya, seonggok pulpen yang super biasa itu bisa 1-2GBP which means 20ribuan, jadi mending bawa dari Indonesia satu lusin gitu siapa tau nanti disini mau dibagiin ke temen-temen hehe. Buat kalian yang kebiasa pakai pulpen yang fine tip (ujungnya kecil), bawa yang banyak dari Indo karena kalian hampir gak akan menemukannya disini, saya baru nemu di Muji London (toko Jepang gitu). Bawa stapler dan isinya, gunting, stickynotes, selotip, buku tulis, dan apa aja yang bakalan kalian butuhin.
  5. Toiletries : Shampoo, shower gel, face wash, krim-krim wajah (kalau pakai krim dokter jangan lupa bawa persediaan buat setahun ya kecuali kalian mau pulang pas liburan), kapas wajah, tooth brush, pasta gigi (semua ini harus dibawa at least sampai kalian settle udah bisa nemuin toko yang jual toiletries di UK) handuk, sandal jepit.
  6. Medication : buat kalian yang punya obat khusus yang harus diminum juga harus dibawa dan jangan lupa persediaan selama setahun, bawa multivitamin juga ya, minyak kayu putih, plester, tolak angin, obat flu, obat apapun yang cocok sama kalian karena disini jual obatnya biasanya terpisah (paracetamol sendiri, terus ada aspirin sendiri, takutnya kalian gak cocok).
  7. Electronic devices : travel adaptor ini paling krusial soalnya colokan UK itu lubangnya 3 (google aja biar lebih jelas hehe), laptop dan chargernya, hp dan chargernya, headset, mouse, speaker (kalau perlu), extension cable (buat yang colokannya kaki 2 punya Indo).
  8. Makanan : buat kalian yang lidahnya Indonesia banget alias harus makan makanan Indonesia, jangan khawatir, disini banyak banget toko yang jual nasi, biasanya toko China bakalan jual beras Thailand yang rasanya mirip beras di Indonesia. Kalau saya dulu bawa kering kentang 1 kilo bikinan mama (agak lebay sih), setengah kilo sambel pecel bikinan Om (Om emang punya bisnis sambel pecel, haha sambil promosi), kripik Samijali (produk hasil warga eks-Dolly Surabaya), kacang mente, dan beberapa bumbu instan gitu. Buat kalian yang bakalan kangen masakan Indo, saya saranin bawa bumbu instan aja yang praktis, santan bisa dicari disini, bawa sambel pecel, sambel terasi, kecap bango (di UK adanya kecap ABC), krupuk udang, terasi, daun salam, daun jeruk, kencur bubuk (belum pernah nemu kencur di UK), dan rempah lainnya yang kira-kira bakal kalian pakai. Oh iya gak usah bawa sambel ABC ekstra pedas karena ada di UK. Bumbu yang saya sebutin barusan ini adalah bumbu yang susah saya temukan di UK, karena sebenernya saya juga sering bereksperimen masakan Indo disini hehe jadi lumayan paham lah bumbu apa aja yang dibutuhin.
Sepertinya itu udah mewakili barang-barang yang harus kalian bawa deh.. Kalau ada yang mau nambahin, tulis di comment box yah...
See you guys next time..

Thursday 7 January 2016

What I Did (eat) in Turkey #3

Day 3 : Istanbul (Dolmabahce Sarayi - Taksim Square)

Di hari ketiga ini, Sasa harus berangkat duluan karena harus apply visa untuk Czech Republic. Ida & saya pergi langsung menuju Dolmabahce, tempat yang sudah kita sepakati untuk menjadi destinasi pertama hari ini. dari hostel (yang jelek itu), kami jalan kaki menuju dolmabahce, karena jaraknya tidak jauh dan juga turun bukit. Sambil menunggu Sasa, kami pergi ke cafe yang berada di tempat parkir Dolmabahce ini, tempatnya sangat menarik karena dipinggiran selat yang menghubungkan antara Turki bagian Eropa (tempat kafe saya berada), dan Turki bagian Asia. Hal pertama yang kami pesan adalah, of course Cay. But, cay is not enough, we needed something more, BANANA ECLAIR (Muzlu Ekler). The price was 7.5 TL for the eclair and 3 TL for the cay.  I was so speechless by the time I ate that. You guys have to try this one when visiting Turkey.
Banana Eclair
The view from the Cafe
Then after that, we met Sasa and went to the MIGHTY DOLMABAHCE. Why I said it was mighty, because it was so daaaammmnnn huge and luxurious. It costs 30 TL to enter the palace, but you won't regret it! I will not explain too much about this, cause you have to experience it yourself.. You can google it if you feel curious or maybe you don't believe me hahaha
Dolmabahce Sarayi
It was the last day for Ida in Turkey, so we decided to eat everything she wanted to eat. Kita balik ke Taksim, untuk berburu makanaaaan pashmina ! Kita penasaran sama yang namanya Iskender, karena si Sasa bilang kalau belum sah ke Turki kalau belum makan Iskender ini. Muter-muter ke Taksim, ketemulah satu tempat makan yang rame banget, saya lupa namanya. Dari luar keliatan banget banyak makanan yang dipajang, aseli bikin ngiler. Kita masuk kesitu karena disana iskender harganyaa cuma 14 TL sementara di tempat lain bisa sampai 25 TL. Nurut sama dedengkot Turki, akhirnya kita pesan beberapa makanan yang super duper yummy!
View saat pertama kali masuk restoran
Our meals
So I will explain it to you, one by one. Yang di sebelah kiri, itu namanya Iskender. Daging sapi diolah (gak tau gimana ngolahnya) dimasak pakai saus tomat dan dihidangkan bersamaan dengan yogurt, kemudian di bawah dagingnya ada potongan kecil-kecil roti mirip pide (pizzanya Turki). Rasanya sih 9/10, enak banget serius, tapi Ida enggak suka karena dia basically enggak suka beef. Selanjutnya, yang ada di kanan itu saya lupa namanya, isinya potongan ayam dan jamur kancing, lalu di atasnya ditaburi keju dan di oven. Makanan ini sedikit berkuah, kalau dirasa-rasa kuahnya mirip kuah soto. Rasanya 9.5/10 karena saya suka banget sama yang ini. Terakhir, yang agak gosong itu, Sutlac, mirip seperti puding dengan fla dan ada isinya nasi yang manis. Saya suka dessert ini karena enggak terlalu manis, rasanya 9/10. Kenapa semua makanan nilainya 9? Well, karena saya enggak ada makanan di Turki yang enggak enak (forget about falafel). Di Turki, makan apapun jangan lupa pakai ekmek, for free, tambah terus juga enggak ada yang marah kok.

Setelah itu, walaupun sudah kenyang tapi tetep aja yang namanya kami tetep belum puas kalau belum nyobain semua makanan yang ada di Turki. Walhasil, mampirlah kita ke salah satu toko khusus dessert bernama "MADO". Disana kami memesan TIGA menu. Jangan tanya gimana kabar perut kami, please. Yang pertama, yang wajib dicoba di Turki adalah Baklava (yang ada ijonya). Pada dasarnya itu adalah adonan pastry yang diisi dengan pistachio dan ditaburi pistachio juga plus disiram sirup gula. 1 porsi baklava berisi 4 slices yang masing-masing berukuran (kira-kira) 5 cm x 3 cm. Dengan ukuran sekecil itu, saya TIDAK MAMPU menghabiskan barang 1 slice. Manisnya keterlaluan. Yang kedua, Kunefe, makanan di sebelah kanan itu rasanya mirip carang mas (pernah makan di Kediri, kalian bisa google it) ditengahnya diberi keju mozarella dan disajikan bersama dengan eskrim. Rasanya, jelas manis, manis banget, tapi enggak semanis baklava, yakin deh baklava ini dewanya manis. Ketiga yaitu Salep, bukan salep yang dioles ya, ini salep buat diminum. Mirip energen sih, enak banget tapinya, diminum pakai cinnamon powder. Dari ketiga desserts ini, yang kalian WAJIB coba adalah....SEMUANYA! hahaha
Makanan di warung MADO

What I Did (eat) in Turkey #2

Butuh waktu satu minggu bagi saya untuk bertapa mencari ide untuk tulisan ini...

Well, let's move to the next day..

Day 2 : Istanbul (Blue Mosque - Aya Sofya - Topkapi Sarayi - Grand Bazaar - Pasar Eminonu)
Hari ini kami memutuskan buat jalan-jalan di sekitaran Sultanahmet. (Oh iya, untuk transportasi di Istanbul itu terkoneksi, mirip-mirip lah sama Transport for London yang memakai oyster card, kalau di istanbul namanya Istanbulkart. Jadi semua transportasi di Istanbul bayarnya pakai kartu itu yang bisa di topup di stasiun). Area Sultanahmet ini fardhu 'ain buat di kunjungi di Istanbul karena ada Blue Mosque, Aya Sofya, Basilica Cistern (saya juga kurang tau ini apa, sejenis ruang bawah tanah gitu, tapi kami memutuskan enggak masuk karena males basah-basahan). Untuk menuju ke area Sultanahmet, kalian bisa naik tram yang saya lupa harganya berapa hehe.

Blue Mosque tidak butuh entrance fee, kita bisa masuk dengan sesuka hati berkali-kali sampai bosen juga boleh. Sebelum masuk ke Blue Mosque, kami mendadak kelaperan (padahal paginya sudah makan Indo*ie), akhirnya kami beli Simit - makanan mirip bagel dengan taburan wijen yang dijual setiap 50 meter di Istanbul ini - dengan harga 1 Lira (kalo enggak salah). Nah simit yang kami beli ini terbilang simit modern karena tengahnya diisi nut*lla (selai hazelnut kekinian). Menurut penuturan bule Turki asal Indonesia - sebut saja Sasa - simit harusnya enggak ada isinya. Karena kami orangnya hemat, jadi berakhirlah riwayat satu simit ini di tangan kami bertiga.
Interior dari Blue Mosque
Simit yang dijual di pelataran Blue Mosque
Di dalam Blue Mosque ini terdapat kaligrafi yang menghiasi ceiling masjid, SUPER DUPER AMAZING, cantiknya Subhanallah.. Nah, pas kami bertiga (saya, Sasa, dan Ida) sedang muter-muter disambi motret interior yang bagus banget ini, tiba-tiba ada anak kecil-kecil, mungkin enam sampai delapan orang, menghampiri si Sasa terus minta foto bareng sama Sasa. Well, ternyata Sasa sudah jadi artis internasional sampai-sampai banyak anak kecil yang ngajakin foto.

Setelah puas dengan Blue Mosque, kami lanjut halan-halan di masjid seberang, yaitu Aya Sofya. Eh tapi karena kami laper lagi, jadi kami memutuskan beli sesuatu untuk dicemilin, dan keputusan sudah bulat, kami pilih satu roti dengan taburan kacang, yang Sasa enggak tahu namanya, tastes not bad (actually good). Kalau kalian penasaran pengen cobain juga, bisa dibeli di abang yang jual simit kok. Sekarang bangunan ini menjadi museum setelah dulunya adalah gereja dan sempat dijadikan masjid. Untuk bisa masuk kesini kita harus bayar 30 TL (mahal juga sih), tapi enggak rugi karena di dalam sana kita bisa lihat kaligrafi Allah dan Muhammad bersampingan dengan Bunda Maria. Di dalam juga terdapat mozaik peninggalan Romawi. Museum Aya Sofya pada saat saya kunjungi sedang menjalani perbaikan, karena umurnya yang sudah sangat tua.
Aya Sofya
(sebut saja) Roti Kacang

Venue selanjutnya yaitu Topkapı Sarayı (baca Topkape Saraye), salah satu Palace yang ada di
Istanbul. Sebelum kesana, saya sempat melirik ada tukang es krim khas Turki (Dondurma) yang 
ada di sekitaran Sultanahmet. Ada banyak pilihan rasa, tapi saya nekat untuk memilih rasa karamel.
Sudah bisa ditebak kan bagaimana rasanya? Sadly, we decided not to go to Topkapi because we had 
to pay (again) for the entrance fee (20 TL if I am not mistaken). Jadi harus puas dengan foto di depan
gerbangnya aja ya. Menurut tour guide kami (Sasa), Topkapi ini adalah salah satu Palace yang 
sederhana, mencerminkan Sultan yang membangun Topkapi pada saat itu.
Dondurma rasa karamel
Topkapi Sarayi
Karena masih siang, kami memutuskan untuk melanjutkan perjalanan ke Grand Bazaar. Tempat ini 
biasanya dikunjungi para turis yang ingin membeli oleh-oleh khas Turki seperti karpet, pashmina,
lokum (turkish delight), safron (sejenis rempah), atau mungkin sebatas gantungan kunci. Tiba waktu
makan siang, kami mampir ke salah satu warung makan di sekitaran Grand Bazaar setelah beberapa
kali ditawari oleh pedagangnya yang dengan nekat bicara pakai bahasa Indonesia seperti "mari makan,
murah murah". Well, I was not so surprised, karena memang banyak banget orang Indonesia atau 
Malaysia yang berlibur di Turki ini, jadi bagi para pedagang, bisa bahasa Indonesia atau Melayu adalah
WAJIB hukumnya. Ha ha ha, enggak juga sih.... Kami makan doner (yang kalian biasa bilang sebagai 
kebab) tapi tidak dimakan dengan tortilla wraps melainkan dengan ekmek (roti keras khas turki) dan 
minum Ayran (tastes like yogurt, actually it is yogurt, but tastes a bit different, more like susu basi they
said). In Turkey, most people will drink Ayran while eating anything, it is like a mandatory beverage. 
I almost forget to say that, the Ekmek was incredibly BIG, I mean really BIG. I ate that all though :(
Doner dan Ayran
Setelah puter puter di grand bazaar dan hanya beli kerudung, kami akhirnya naik tram menuju eminonu, untuk membeli Lokum (Turkish Delight) karena disini harganya lebih murah. Di perjalanan, karena misi kami adalah mencoba seluruh makanan yang ada di Turki, si Ida membeli Lokma, sejenis churros tapi diberi topping sirup gula, manis. 

Karena sudah tidak sanggup lagi, akhirnya kami pulang naik tramvay (bacanya tramway) menuju stasiun Kabatas kemudian naik Funikuler (sejenis kereta tanpa lokomotif, relnya ditarik oleh sesuatu yang super duper gede, yang membuat kereta tersebut bisa berjalan). Moda transportasi ini hanya menghubungkan Kabatas - Taksim, karena jalannya yang naiknya keterlaluan.


Friday 1 January 2016

What I Did (eat) in Turkey #1

Winter is coming...
and the holiday has already begun...

The christmas break is basically a winter holiday, the date can be different based on our institution, obviously. Mine is 19 December 2015 until 18 January 2016, quite long for a break right?
Anyway I am not going to talk about the length of my holiday, but I am going to tell you about MY JOURNEY in this holiday... yeeeay!

I will explain in Bahasa though, or even Bahasa Jawa hehe, enjoy...

Pre-departure
Saya mulai merencanakan liburan ini sejak bulan Oktober, mulai cari harga tiket, bingung kapan memilih tanggal keberangkatan karena menentukan harga segala macemnya, mulai kontak temen yang ada di Turki (Azahra/Sasa, 20 y.o., jomblo - ini blognya azahra-rona.blogspot.com), cari tempat mana aja yang pengen dikunjungi (mostly Sasa chose the places because she has visited some places in Turkey, well Istanbul at least). And then I decided to travel in 20-27 December 2015, well she said 7 days is enough. Yang terpenting adalah karena dia ada final exam mulai tanggal 28 December! Sounds crazy...

Day 1 : Newcastle - Amsterdam - Istanbul
Perjalanan dimulai pukul 3 pagi karena penerbanganku pukul 05.55. Pergi ke airport dengan menunggangi uber taxi (karena ada voucher free 15 GBP), dengan wajah yang mirip bantal karena memilih untuk enggak tidur semaleman karena takut ketinggalan pesawat. Sampai di Newcastle International Airport sekitar pukul 3.40, lalu check-in (check-in nya pakai mesin self check in gitu yang super-duper modern, kita tinggal input booking reference code dan scan passport kita, dan voila keluarlah itu si boarding pass) dan mencari tempat bernaung yaitu "GREGG'S" yang buka 24 jam. Oh iya kelupaan, karena ini trip pertama saya keluar negeri sendirian dan starting pointnya juga di luar negeri, so I was very very excited! (dunia harus tau hahaha)

Menunggu boarding time (photographed by me)
Saya adalah tipe orang yang lebih cenderung ke arah preventive, contohnya di dalam trip ini adalah saya memakai koyo (salonpas patch) di perut untuk mencegah masuk angin; sarapan jam 3 pagi untuk mencegah perut kembung karena gak ada isinya, dll.

Tibalah boarding time, kurang lebih pukul 05.20 saya masuk ke pesawat. Pas masuk pesawat saya di sapa oleh seorang pramugara dengan kalimat "Selamat Pagi". Wait, what? Di tengah para penumpang yang bule, jelas saya merasa kaget, kok bisa ya pramugara ini ngerti kalau saya berasal dari Indonesia, apa muka saya muka ndeso? wkwkwk. Anyway pramugara tersebut baik banget sama saya di sepanjang perjalanan menuju Amsterdam.

Penerbangan berjalan lancar, tapi saya tetep enggak bisa tidur padahal super-duper ngantuk, mungkin saya enggak sabar pengen segera menginjak tanah Turki kali yaa. Landed di Schiphol International Airport, Amsterdam pukul enggak tau berapa, pokoknya disini saya transit sekitar 3 jam. The first thing I could remember is, saya sama sekali enggak bisa nguping atau ngerti apa yang orang lain bicarain karena mereka semua pakai Dutch. Karena bingung mau ngapain, akhirnya saya memutuskan untuk duduk di salah satu kursi yang ada colokannya dan akhirnya ngecharge my mobile phone haha. Oh iya if you are travelling from UK and have an earthed plug (kaki tiga), you have to bring a travel adaptor because most of the Europe country use the common plug (kayak punya Indonesia), otherwise don't bother to bring the travel adaptor. Sempet tertidur enggak tau berapa menit, akhirnya 3 jam sudah terlalui dengan sangat membosankan, and it's time for me to board...

Kira-kira pukul 16 local time saya sampai di Istanbul, dan Sasa sudah ready di depan pintu kedatangan. Terharu banget karena bisa ketemu sama Sasa di negara lain (it was our dream, wasn't it?) Dan disini juga saya lebih ngerasa bodoh lagi karena hampir enggak ada orang ngomong pakai English, untung saya punya tour guide yang almost-native-Turkiye (sebut saja Sasa). Kita langsung naik Havatas (shuttle bus Airport - Taksim), it costs 11 TL each person. Sampai di Taksim, kami langsung menuju ke kamar yang telah kita booking, tapi harus diawali dengan nyasar selama hampir 1 jam karena the Google maps lied! Akhirnya saya sampai di hotel dengan selamat, well bukan hotel sih lebih mirip rumah yang disewakan, and I don't recommend you to stay at this room (Budget Room Taksim) because the receptionist was so rude and cruel (sadface). 

Satu jam kemudian kami bertemu dengan my-newcastle- housemate yang sudah lebih dulu sampai Turki, and then we ate together. This time, we ate Falafel Wrap (you can google it), it tastes not-so-good in my mouth, a bit bitter and salty. After eating, we took a walk to Istiqlal Street, the shopping district in Istanbul and had a small cup (literally small) of Cay (Turkish Tea). This tea tastes bitter if you don't add the sugar, that "Bal Kupu" is the seker (sugar). The way to make this tea is a bit different from how we make a common tea. Because you need two different pot this time, the bigger pot is to boil the water and the smaller pot is to boil the tea (it stacked together), so the tea is boiled by using the steam from the boiling water. (Simply google it if you want to know more)
Cay, Turkish Tea (photographed by me)
Setelah capek dan kaki hampir putus, we finally went back to the hotel dan tiduuuuuur....